Kamis, 18 April 2019

Pemilu 2019: First Timer

Halo! I am back! Lagi-lagi nulis tengah malem, karena sempetnya malem. Nggak deng, alasan aja hehe. Jadi aku barusan nulis di word tentang kegiatan magangku hari ini. Yap, aku mulai hari ini memutuskan untuk menulis diary gitu deh, setiap kali aku shift magang atau pun ada kegiatan di kantor. Tujuannya lebih untuk ke dokumentasi aja sih, biar nanti satu tahun kemudian bisa dibaca-baca lagi, apa aja momen-momen yang udah magangers 25 lalui bersama *asek*. Nah, sebelum nulis diary, aku dah niat untuk nulis tentang pemilu kemarin. Tapi setelah selesai nulis, kok mager. Udah hampir mau matiin laptop tapi nggak jadi, menyemangati diriku untuk produktif. Dan inilah, akhirnya aku nulis deh ... Sebenernya malah pengin kemarin, biar momennya pas banget di hari H pemilu, tapi apa daya, aku kemarin entah kenapa tepar abis. Okeh, langsung lanjut cerita aja yak.

Berawal dari Januari 2019, aku dah kepikiran kapan ya pemilunya, soalnya aku pengin memakai hak pilihku. Terus karena sibuk training, akhirnya agak terlupakan. Memasuki bulan Februari 2019, aku mulai uring-uringan karena bingung. Pemilunya pas di tengah-tengah minggu dan kalau aku mau pulang juga gabisa soalnya hari kamis aku shift. Udah nekat tuh bilang sama ortu mau pulang-pergi aja. Tapi katanya nggak boleh ntar capek. Di saat itulah sudah pasrah.

Terus waktu lagi kerkel di kampus, aku lihat story instagram temanku, Lili, yang lagi update di KPU urus surat pindah memilih. Terus aku langsung semangat dong dan ngajakin temen-temenku yang anak luar kota untuk urus surat tersebut. Tapi nggak terealisasi wkwk.

Sekitar Februari akhir, kalau nggak salah, aku lihat OA BEM Undip, mereka memfasilitasi anak-anak rantau untuk mengurus surat pindah memilih sehingga mereka ga perlu pulkam. Terus aku kayak mbatin "ini Unair ada gak yaa?" Eh gak lama kemudian, ada dong! Senengnya bukan main! Akhirnya aku mengurusnya. Prosesnya mudah sekali.

Menjelang Pemilu, aku mulai agak panik gitu. Karena dari BEM Unair belum ada pengumuman apapun. Jadi kepikiran ini aku bisa milih gak ya? :') Nah, baru banget setelah mikirin gitu, besoknya akhirnya ada pengumuman tentang pengambilan form A5 di rektorat. Akhirnya di hari Senin, 15 April 2019, sesuai jadwal yang tertera di poster, aku jam 10.00an udah sampai rektorat. Eh ternyata ditunda jadi jam 13.00, akhirnya aku balik ke kampus dan ikut kelas PSDK. Jam 13.00 sebenernya aku ada kelas PIO, tapi demi aku bisa memilih, aku rela bolos. Ini bolos pertamaku di semester 4 :D Di sana aku ketemuan sama Najla dan antre lumayan lama. Gapapa deh, yang penting aku bisa milih.

Setelah dapet form A5 nya, aku bingung sama TPS tempat aku milih. Ada sih TPS berapa dan di kecamatan/kelurahan mana. Cuma detailnya itu dimana? Sampe h-1 pemilu tuh masih panik soalnya gak ngerti tempatku nyoblos dimana. Akhirnya sekitar jam 22.00 atau 23.00 dari OA BEM Unair dikasih tau info dimana TPS nya, lega. Doaku malam itu adalah semoga aku nggak nyasar waktu cari TPS nya xD

Besok paginya Rabu, 17 April 2019, sekitar 09.30an aku berangkat. Nyasar di TPS 33, terus nanya bapak-bapak di TPS 33 dimana TPS 35, akhirnya ketemu deh. Bapak dan ibunya ramah-ramah, jadinya aku nggak kagok mau nanya-nanya. Sebenernya ada Mbak Febpy, tapi dia lebih awal dari aku akhirnya aku suruh pulang duluan aja daripada nungguin aku. Terus akhirnya aku nungguin Iko deh. Selesai milih, kita foto di sekitar TPS nya untuk mendapatkan SKP wkwk Begitu selesai urusan milih-memilih, aku kembali ke kost, dan kemudian tidur karena tepar.

Nah, itu pengalamanku mengurus kepindahan memilih karena jadwalnya yang kurang pas, sehingga membuatku harus memilih di Surabaya. Ini pengalaman pertamaku untuk milih presiden dan wakil, kalau kata orang-orang sih first timer. Sebenernya di pemilu ini, kita dapat 5 kertas untuk memilih, tapi karena aku bukan warga sini, jadinya aku cuma dapat kertas untuk memilih presiden dan wakilnya.

Aku nggak akan mengkoar-koarkan siapa pilihanku di media sosial, karena aku memutuskan untuk begitu :D Tapi kalau kamu orang-orang yang berada disekitarku, kalian pasti tahu aku milih siapa hehe. Jujur aku bukan orang yang ngikutin politik banget, jadi yang menjadi preferensiku dalam memilih adalah orang tua. Tapi itu pun aku nggak asal milih, aku juga mendengar apa pendapat orang tuaku, kenapa mereka memilih paslon tersebut. Aku juga suka searching tentang paslon pilihanku di youtube. Jadi aku benar-benar sadarlah intinya sama pilihanku.

Waktu aku shift hari Senin lalu, di kantor anak-anak pada bahas tentang film dokumenter Sexy Killers. Aku udah beberapa kali lihat teman-temanku di story instagram update tentang hal tersebut. Cuma aku masih nggak peduli-peduli amat, kirain apa gitu kan. Eh ternyata temen-temen di kantor pada bahas, karena aku belum lihat, akhirnya cuma bisa nyimak. Malemnya, aku nonton deh, biar bisa relate sama apa yang temen-temen obrolin.

Mungkin, kebanyakan orang setelah melihat Sexy Killers, katanya akan berubah pilihannya atau gimana. Tapi aku justru enggak kepikiran ke arah situ sama sekali haha. Aku lebih menyoroti ke kisah hidup orang-orang yang ada di sini. Aku kayak miris aja, ternyata ini toh sisi lain dari negaraku. Aku sampe nangis sesenggukkan lihatnya. Aku merasa kurang bersyukur banget, ternyata hidupku luar biasa enak alhamdulillah, tapi masih banyak ngeluhnya. Aku mewek banget deh pokoknya. Aku salut sama yang bikin film dokumenter ini, karena mereka super niat udah buat sejak 2015 sampe 2018. Jadi bisa tahu perkembangan hidup dari orang-orang yang ada di video ini. Sangat bagus filmnya dan disampaikannya dengan baik. Aku bersyukur ada film dokumenter ini karena pengetahuanku jadi lebih luas tentang negaraku.


Hahhh, akhirnya ke tulis deh wkwk satu list berhasil di centang :D Sampai jumpa di tulisanku yang berikutnyaa!

Cheers!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar