Tita
"Tita!”
Aku
menoleh ke belakang. Kudapati Reuben tersenyum dan menghampiriku.
“Mikha
mana?” tanyaku
Seketika itu senyum
Reuben sedikit memudar. “Di ruang kepsek, disuruh ngurusin anak baru.
“Cewek?” aku penasaran.
“Maybe...”
“Oh…”
Huft, sebel banget nih
sama Pak Yudhi, tiap anak baru yang cewek pasti Mikha yang ditugasin gini-gitu. Kayak enggak ada anak lain aja -_-
"Woy, ngelamun aja. Ke Mada yuk," ajak Reuben. Aku mengikutinya.
Mada melambaikan tangan pada kami.
"Eh, anak baru itu namanya Cindy," kata Mada memberi informasi.
"Cantik?" tanyaku.
"Kalau Mikha naksir dia, berarti dia cantik. Kenapa sih, lo cemburu?" kata mada sarkastik.
"Apaan sih lo, freak tau gak!"
Aku meninggalkan Mada dan Reuben.
Nyebelin semua!
*
Mikha
"Pindahan dari mana?" tanyaku sambil berjalan menuju kelas.
"Dari Semarang," jawabnya ramah.
Namanya Cindy, orangnya manis dan ramah. Sepertinya dia anak yang menyenangkan.
"Oh iya ini kelasnya. Kita sekelas, silakan masuk."
"Thanks Mik."
*
Tita
Nah, itu dia.
"Mik, sini!" panggilku. Kemudian ia duduk di bangku sampingku.
Ah, pasti dia anak barunya. Semoga Mikha enggak naksir dia. Please...
"Hai aku Cindy Galilea dari Semarang. Aku harap bisa berteman baik dengan kalian. Terimakasih."
"Silakan duduk dengan Mada, yang kriwil itu," perintah Bu Yvonne. "Oke, pelajaran kita lanjutkan lagi ya."
*
"Eh, ke kantin yuk," ajak Sonya.
"Gue ngajak Cindy ya, biar rame," kata Mada sambil menepuk pundak Cindy.
Kami berenam - aku, Sonya, Cindy, Mada, Reuben, Mikha - pergi ke kantin. Mada-Sonya jalan berdua, aku dengan Reuben, dan Mikha sama Cindy. Ih, males banget -_-
"Kamu kenapa, Ta?" tanya Reuben.
"Bete."
"Gara-gara apa? Mikha lagi?"
"Ih, kamu kepo banget deh. Males gue."
Aku pun meninggalkan mereka dan memilih kembali ke kelas. Dari pada aku sepet ngelihat Mikha-Cindy, dikepoin Reuben, envy juga lihat Mada-Sonya pacaran.
Seharusnya Mikha itu peka! Aku sayang sama kamu, Mik!
*
Esok harinya, posisi dudukku yang biasanya diambil alih. Argh, apa sih mau dia?! Udah ngerebut perhatian Mikha dari aku, sekarang duduk sebelahan sama Mikha.
Ouh, oke, sabar Tita, lo masih ada Reuben. Aku enggak mau cari masalah sama itu murid.
"Pagi Nona Cemberut," sapa Reuben sambil terkekeh.
"Heh, enak aja," aku menjitak kepala Reuben. "By the way, ntar malem ada acara nggak?"
"Nggak tuh, napa?"
"Jalan yuk Ben sama aku," aku mengeraskan suaraku.
Aku melirik ke arah Mikha. Aku yakin dia mendengar perkataanku.
"Wah, tumben nih. Dimana?"" Reuben antusias banget.
"Di Green Cafe ya, jam 19.00."
"Oke, nanti gue jemput."
Aku harap Mikha bakalan cemburu.
*
Reuben
Demi apa woy, Tita ngajakin gue ngedate! Mungkin bakal jadi waktu yang tepat buat ngomong ke dia. Oke, saatnya gue jemput dia. Wish me luck!
*
Tita
TIN! TIN!
Reu datang.
Kurapikan pakaianku dan pamitan dengan orang rumah. Huft, kenapa dag dig dug gini sih, padahal kan sama Reuben, bukan Mikha.
"Hai Cantik, silakan masuk," ujar Reuben tersenyum lebar, ia membukakan pintu mobil untukku.
"Makasih Ben," aku tersipu.
"Langsung nih?"
"Yap!"
*
Reuben
Gila, Tita cantik banget. Gue speechless ngelihatin dia.Oh iya, jangan sampai dia lihat ke belakang, ada sesuatu yang bakal gue kasih ke dia.
*
Tita
Green Cafe...
Aku memilih tempat di taman, biar sejuk dan lebih romantis.
"Silakan memesan,"kata pelayan sembari memberikan kertas menu.
"Kamu pesen apa?" tanyaku pada Reuben.
"Gue sama yang kayak lo pesen aja."
"Oke. Chicken steaknya dua,minumnya milkshake chocolate."
Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pergi.
"Beberapa hari ini lo kok sedih gitu sih?" Reuben memulai percakapan.
"Gara-gara si Cindy, genit banget sama Mikha. Masih anak baru juga, udah sok," jawabku ketus.
"Woles dong, yang sabar aja, masih ada kok orang yang sayang sama lo. Gue misalnya..." kata Reuben sambil menunduk.
"Iya, tau kok lo sayang gue,hahaha..."
*
Reuben
"Iya, tau kok lo sayang gue,hahaha..."
Andai lo paham "sayang" yang gue maksud, Ta.
*
Tita
"Eh Ta, gue mau ngomong," Reu gugup.
"Ngomong aja kali," kataku santai sambil bermain handphone.
"Gue udah kenal lo lama dan gue udah nganggep lo sahabat, lebih bahkan. Gue tahu lo belum bisa move on. Gue harap masih ada kesempatan buat gue. Lo mau..."
Sungguh aku nggak bisa konsentrasi dengerin apa yang Reuben bilang, konsentrasi gue tertuju sama recent updates. Statusnya Mikha--> Cindy<3
Ini apa...
"Ben, gue mau pulang," aku beranjak dari tempat duduk dan menuju parkiran.
"Hei, kenapa?"
Kuabaikan pertanyaan Reuben.
Aku patah hati.
*
Reuben
Gue nggak tahu Tita marah enggak jelas kenapa. Apa karena gue atau apa. Yang pasti, malem ini failed.
*
Tita
"Ben, maaf ya jadi berantakan. Tiba-tiba gue nggak enak badan. Mungkin bisa lain kali," kataku smabil menahan tangis.
'Iya, gapapa. Aku selalu ada buat kamu Ta, kapan pun kamu butuh. Kamu baik-baik ya," kata Reuben.
Tampak seulas kekecewaan diwajahnya. Tapi apa yang dirasakan Reuben, enggak separah yang aku rasain.
*
Pagi ini aku sengaja bangun siang biar telat sekolah, biar sekalian dihukum dan enggak masuk kelas. Aku belum siap lihat Mikha, sama cewek lain.
*
Reuben
Semalem hape gue lowbat, jadi belum sempet buka hape. Baru pagi ini ngelihat dan gue tahu penyebabnya. Tita, lo kemana?"
*
Tita
"Maaf bu saya telat," aku ngos-ngosan.
"Tita, tumben kamu telat. Ya sudah, sana duduk."
Aku mencuri pandang ke arah Mikha, ia juga sedang menatapku. Uh...
"Kamu kok bisa telat Ta? Aku kan bisa jemput kamu. Aku khawatir tahu," tutur Reuben.
"Santai bro, haha. Tumben aku-kamu," aku menjulurkan lidah.
"Matamu sembab."
"Ben..."
"Apa?"
"Kuta diperhatiin Bu Yvo tahu!"
*
Istirahat...
"Mik, gue mau ngomong sama lo," kataku.
"Disini juga bisa kan? Gue sebagai pacarnya berhak tau juga dong," Cindy menekankan kata "pacarnya".
"Mik, please..." aku memohon. Mikha diem aja.
"Ih, nggak bisa!" Cindy ngomel.
"OKE, FINE! Gue ucapi selamat buat kalian berdua. Makasih buat lo Mik, selalu jadi moodboster gue, maaf gue nggak bisa jadi lo mau. Gue sayang lo."
Aku meninggalkan mereka.
"Tita! Gue..."
"Udah, Mik," Mada nenangin Mikha. "Ben, kejar dia."
*
Ini drama banget, tapi inilah yang gue alami.
"Tita..."
Aku menoleh.
Reuben...
"Aku selalu ada buat kamu Tita, kapan pun kamu butuh," ujar Reuben lembut.
"Lo tau kan, dari kita kecil, gue udah suka sama Mikha. Mikha selalu jadi orang yang bikin gue happy. Tapi sekarang? Di saat kayak gini, gue butuh Mada sama lo. Mada yang gue anggep abang sendiri, yang dulu perhatian banget sama gue, sekarang udah gak seperhatian dulu. Dan lo, Ben, satu-satunya orang yang gue harapin," kataku sambil terisak.
Reuben merengkuhku dalam pelukannya.
"Kamu jangan nangis," kata Reuben.
"Ben..." tangisku tambah pecah dalam pelukannya.
"Apa pun yang terjadi. Asal kamu tahu, aku ada untuk kamu, selalu."
"Makasih, makasih banget Ben. Gue baru nyadar, gue salah orang. Seharusnya yang gue perjuangin itu lo, bukan Mikha. Aku baru nyadar juga, ternyata... aku sayang sama kamu Ben. Lebih dari sahabat, lebih dari sayangku ke Mikha. I don't wanna lose you."
"I love you, Tita."
"I love you too, Reuben."
:)
keren :D
BalasHapusWahaha.. Ayo Tita, buat novel doong ;))
BalasHapusPutri :thanks yaa
BalasHapusZahra:huwaa,abis UN ngebut deh, bismillah :D
*sorrybarubaca*